Langsung ke konten utama

Pasca Pandemi dan Idulfitri, Penjualan Es Dawet Selasih Bu Dermi di Pasar Gede Solo Semakin Tinggi

 

 

Ruth Tulus Subekti dan para karyawannya sedang melayani pembeli es dawet selasih, Rabu (22/06/2022). (Tria Yunita)

 

SOLO-Penjualan Es Dawet Selasih Bu Dermi di Pasar Gede semakin tinggi pasca Lebaran Idulfitri dan pandemi yang kian longgar. Sempat tutup selama kurang lebih 3 bulan karena pandemi, kini penjualan es dawet selasih ini kembali ramai dan peningkatan penjualan yang sangat pesat.

 

Penjual Es Dawet Bu Dermi, Ruth Tulus Subekti atau akrab dipanggil Utik (53), mengatakan bahwa saat ini penjualan es dawet ini benar-benar ramai. Setiap hari dari awal buka kedai jam 08.00 hingga tutup pukul 16.00, pembeli tidak berhenti. Hal ini juga dikarenakan kerinduan pembeli akan es dawet selasih milik Utik yang sempat tutup akibat pandemi.

 

“Pembeli mengalir terus setiap waktu, tidak pernah berhenti. Dari banyaknya penjual es dawet di Pasar Gede ini, kedai ini merupakan pelopor pertama yang ada di sini. Bahan bahan yang kita gunakan juga alami, jadi pasti beda dari yang lain. Es dawet selasih ini juga merupakan ciri khas Solo yang masih digemari banyak orang hingga saat ini,” jelas Utik saat diwawancara pada Rabu, 22 Juni 2022.

 

Utik menambahkan semakin banyaknya pembeli di kedainya pasca pandemi akibat adanya branding yang dilakukan di media sosial yang sedang eksis saat pandemi, seperti Tiktok, Reels Instagram, dan lain sebagainya.

 

“Meskipun makanan legendaris yang sudah ada sejak lama, es dawet selasih ini tetap eksis di semua kalangan. Perkembangan media sosial saat pandemi sebenarnya berdampak baik juga bagi pemasaran kedai kami. Sering saya dapati anak muda yang kesini karena keracunan vdeo pengunjung lain yang membuat kedai saya dikenal banyak kalangan. Hal ini yang membuat tingginya antusias masyarakat untuk membeli es dawet selasih ini, apalagi sejak kelonggaran pasca pandemi, pembeli tidak berhenti, ada terus tiap waktunya,” ungkap Utik.

 

Penyajian Es Dawet Selasih Bu Dermi Pasar Gede Solo saat dimakan langsung di tempat penjualan, Rabu (22/06/2022). (Tria Yunita)


Selain dari sisi penjual, kami berkesempatan mewawancarai salah seorang pembeli di Es Dawet Selasih Bu Dermi. Syahida Dwi Rahmadina (19), pembeli asal Jakarta Timur yang sedang berkunjung ke Solo bersama keluarganya, mengatakan bahwa ia membeli es dawet di kedai milik Utik karena terpengaruh oleh video Tiktok yang viral. Ia melihat banyak yang datang dan menyukai Es Dawet Selasih Bu Dermi.

 

“Awalnya kesini karena tidak sengaja waktu itu ada video di Tiktok tentang jajanan khas Solo. Dan kebetulan lagi ke Solo jadi sekalian mampir karena penasaran juga sama rasanya. Dan ternyata pas kesini benar-benar rame, apalagi ini memang pasca pandemi jadi pasti suda kembali seperti biasanya, tapi tidak sampai antre yang lama sekali,” jelas Syahida saat diwawancarai.

 

Longgarnya peraturan mengenai pandemi Covid 19 merupakan suatu awal bagi kedai es dawet milik Utik kembali bangkit. Masyarakat semakin banyak yang membeli, baik masyarakat sekitar Solo maupun masyarakat luar kota. Es Dawet Selasih Bu Dermi menjadi salah satu kekhasan Solo yang semakin digemari banyak kalangan dan semakin tinggi penjualannya.

 

Penulis : Tria Yunita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FEATURE: Menelisik Sejarah dan Fakta Pura Mangkunegaran

  Joko Pramudyo bersama para mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UNS, Kamis (23/06/2022) (Muhammad Akhbar)   Solo – Pura Mangkunegaran merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Surakarta, Jawa Tengah. Jika ditelisik mengenai sejarahnya, Mangkunegaran berdiri setelah adanya Perjanjian Salatiga dan menjadikan Mangkunegaran wilayah otonom dengan status kadipaten yang posisinya dibawah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunana Surakarta. Raja pertama Mangkunegaran ialah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.   Pada kunjungan ke Pura Mangkunegaran, kami bertemu dengan Joko Pramudyo selaku Pengageng Pariwisata Pura Mangkunegaran. Kepada kami, Joko Pramudyo bercerita banyak hal mengenai Pura Mangkunegaran, serta fakta seputar Mangkunegaran yang belum diketahui oleh kebanyakan orang. Joko menceritakan mengenai kisah Legiun Mangkunegaran yang dulunya dilatih langsung oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis. Pasu

Lima Ribu Perak untuk Kopi Podjok Enak!

  Potret karyawan Kopi Podjok sedang membuatkan pesanan untuk pembeli, Rabu (22/06/2022) (Venus Rosaly) Toko Podjok, termasuk kopi legendaris di Pasar Gede Solo ini sudah ada sejak 1947 diawali dengan berdagang 'kopi pikulan'. Harganya yang murah meriah mampu menggoyang lidah pembeli membuat eksistensinys masih bertahan hingga sekarang. Satu gelasnya diberi harga lima ribu rupiah yang mana sangat berbeda dengan harga kopi-kopi sekarang ini.   "Disini gak cuma jualan kopi jadi, tapi jual kopi bubuk juga. Misalnya, robusta, arabica, excelsa, dan liberica," kata Fajar Putra Gumilang (27), karyawan Toko Podjok. Rabu, 22 Juni 2022, pada saat diwawancarai tim kami.   Kata dia Toko Podjok juga menjadi pemasok untuk beberapa coffeshop yang ada di Solo Raya, seperti Setulus Kopi dan kedai kopi kecil lainnya.   "Untuk bestseller disini ada kopi robusta lanang, untuk arabica ada gayo. Biji kopinya untuk yang lanang berasal dari Temanggung, kalau yang Arabica b