Langsung ke konten utama

Lima Ribu Perak untuk Kopi Podjok Enak!

 


Potret karyawan Kopi Podjok sedang membuatkan pesanan untuk pembeli, Rabu (22/06/2022) (Venus Rosaly)


Toko Podjok, termasuk kopi legendaris di Pasar Gede Solo ini sudah ada sejak 1947 diawali dengan berdagang 'kopi pikulan'. Harganya yang murah meriah mampu menggoyang lidah pembeli membuat eksistensinys masih bertahan hingga sekarang. Satu gelasnya diberi harga lima ribu rupiah yang mana sangat berbeda dengan harga kopi-kopi sekarang ini.

 

"Disini gak cuma jualan kopi jadi, tapi jual kopi bubuk juga. Misalnya, robusta, arabica, excelsa, dan liberica," kata Fajar Putra Gumilang (27), karyawan Toko Podjok. Rabu, 22 Juni 2022, pada saat diwawancarai tim kami.

 

Kata dia Toko Podjok juga menjadi pemasok untuk beberapa coffeshop yang ada di Solo Raya, seperti Setulus Kopi dan kedai kopi kecil lainnya.

 

"Untuk bestseller disini ada kopi robusta lanang, untuk arabica ada gayo. Biji kopinya untuk yang lanang berasal dari Temanggung, kalau yang Arabica biji kopinya dari Aceh," kata dia.

 

Kopi Podjok yang sudah memasuki generasi ke tiga ini mematok harga  kopi bubuknya mulai dari Rp. 72.000,00/kg. Tak heran banyak konsumen yang bukan dari suatu coffeshop membeli untuk dikonsumsi sendiri. Tentu saja diimbangi dengan kualitas kopi yang baik.

 

Natalia Putri (21), seorang pembeli mengatakan jika sudah berlangganan membeli di Kopi Podjok karena harganya yang murah dan kopinya yang enak. Kopi bubuk yang paling disukainya yakni kopi robusta lanang. Menurutnya cita rasa kopinya sangat cocok dengan selera keluarganya.

"Aku sih kalau disini paling suka dan paling sering beli kopi bubuk robusta lanang, soalnya kebetulan keluargaku juga suka minum kopi dan ternyata cocok sama kopi di Kopi Podjok ini. Syukur-syukur gak perlu bingung beli kopi dimana, kalau tiap hari ke coffeeshop boros." ucap dia.

 

Selain Natalia, Roby Adrian juga seorang langganan yang mengaku kaget dengan harga lima ribu rupiah untuk kopi yang menurutnya dikemas dengan wadah yang terlihat mahal.

 

"Saya pas pertama kali beli, dengar harganya, langsung loh apa gak salah? alias murah banget. Saya kira ya lima belas ribuan, ternyata cuma lima ribu rupiah. Biasanya kopi sekarang kan mulai dari sepuluh sampai dua puluh ribuan, ini murah terus worth it banget sih" kata Roby.

"Disini juga ada coklat dan kebetulan rasa coklatnya juga enak, untuk harga coklatnya tadi waktu saya beli sama sih seperti harga kopinya.

 

Kopi Podjok dapat menjadi salah satu list kuliner Solo yang wajib untuk dicoba. Khususnya bagi kalian yang suka dengan kopi. Kalian akan dimanjakan dengan berbagai macam jenis kopi. Tapi yang dijual jadi hanya jenis kopi robusta dan coklat.


Penulis : Venus Rosaly Luisa Putri

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FEATURE: Menelisik Sejarah dan Fakta Pura Mangkunegaran

  Joko Pramudyo bersama para mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UNS, Kamis (23/06/2022) (Muhammad Akhbar)   Solo – Pura Mangkunegaran merupakan salah satu cagar budaya yang berada di Surakarta, Jawa Tengah. Jika ditelisik mengenai sejarahnya, Mangkunegaran berdiri setelah adanya Perjanjian Salatiga dan menjadikan Mangkunegaran wilayah otonom dengan status kadipaten yang posisinya dibawah Kasultanan Yogyakarta dan Kasunana Surakarta. Raja pertama Mangkunegaran ialah Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa yang kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.   Pada kunjungan ke Pura Mangkunegaran, kami bertemu dengan Joko Pramudyo selaku Pengageng Pariwisata Pura Mangkunegaran. Kepada kami, Joko Pramudyo bercerita banyak hal mengenai Pura Mangkunegaran, serta fakta seputar Mangkunegaran yang belum diketahui oleh kebanyakan orang. Joko menceritakan mengenai kisah Legiun Mangkunegaran yang dulunya dilatih langsung oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis. Pasu

Pasca Pandemi dan Idulfitri, Penjualan Es Dawet Selasih Bu Dermi di Pasar Gede Solo Semakin Tinggi

    Ruth Tulus Subekti dan para karyawannya sedang melayani pembeli es dawet selasih, Rabu (22/06/2022). (Tria Yunita)   SOLO -Penjualan Es Dawet Selasih Bu Dermi di Pasar Gede semakin tinggi pasca Lebaran Idulfitri dan pandemi yang kian longgar. Sempat tutup selama kurang lebih 3 bulan karena pandemi, kini penjualan es dawet selasih ini kembali ramai dan peningkatan penjualan yang sangat pesat.   Penjual Es Dawet Bu Dermi, Ruth Tulus Subekti atau akrab dipanggil Utik (53), mengatakan bahwa saat ini penjualan es dawet ini benar-benar ramai. Setiap hari dari awal buka kedai jam 08.00 hingga tutup pukul 16.00, pembeli tidak berhenti. Hal ini juga dikarenakan kerinduan pembeli akan es dawet selasih milik Utik yang sempat tutup akibat pandemi.   “Pembeli mengalir terus setiap waktu, tidak pernah berhenti. Dari banyaknya penjual es dawet di Pasar Gede ini, kedai ini merupakan pelopor pertama yang ada di sini. Bahan bahan yang kita gunakan juga alami, jadi pasti beda dari yang la